Salah seorang teman saya yang berasal dari Ngawi, Jawa Timur, bernama Wiji Thukul. Ya, sama nama dengan penyair yang dihilangkan itu. Ia selalu mengeja nama belakangnya: thukul, bukan tukul. Alasannya, kosakata yang terakhir itu tak dikenal dalam bahasa Jawa. Ditulis tukul, katanya, akan jumbuh dengan kata yang serupa dalam bahasa Indonesia meski pengucapan dan artinya berbeda sama sekali.

Dalam bahasa Indonesia, tukul bermakna alat pemukul, palu. Menukul berarti memukul (paku, misalnya) dengan palu. Ditukul ya dipukul dengan palu. Kata ini juga ditemukan dalam bahasa Melayu dengan arti yang kurang lebih sama. Cuma, rasanya kita jarang mendengar kata menukul dalam praksis. Tukang-tukang kayu jarang mengucapkan, “Paku itu sudah ditukul”. Kita juga akrab dengan martil untuk palu…(Baca selanjutnya dengan mengklik thumbnail di bawah)…

atau download kliping ini (PDF)